Berikut ini disampaikan profil Bulyan Royan, anggota DPR dari Partai Bintang Reformasi yang membuat heboh koran-koran utama nasional beberapa hari belakangan, karena diduga menerima suap sehubungan dengan proyek pengadaan kapal patroli di Departemen perhubungan (Sumber : Koran Tempo)

Janji Seorang Bulyan Royan

“Saya ingin memperjuangkan kebenaran dalam segala aspek,” begitu janji Bulyan di awal kariernya sebagai politikus di Senayan.

Dalam hiruk-pikuk di Senayan, nama Bulyan Royan jarang mencuri perhatian wartawan. Suara anggota Komisi Perhubungan Dewan Perwakilan Rakyat itu tak sekencang rekannya, Ade Daud Iswandi Nasution, di Komisi Pertahanan DPR, misalnya. Bulyan dan Ade berasal dari partai yang sama, yakni Partai Bintang Reformasi.

Bulyan, kelahiran Kubu Rokan Hilir, Riau, 1 Januari 1958, semula dikenal sebagai pengusaha di bidang perminyakan, perkapalan, dan kontraktor listrik di Riau. Ia pernah duduk sebagai Ketua Umum Himpunan Pengusaha Pribumi Indonesia di Riau periode 1995-2000 dan pengurus Kamar Dagang dan Industri dari 1999 sampai 2001.

Bulyan Royan juga dikenal berasal dari keluarga terpandang yang membina pesantren besar di Riau. Beberapa pesantren yang dikelola keluarga ini, antara lain, Pesantren Babusalam di Panam dan Pesantren Al-Royan (keduanya di Pekanbaru).

Tak puas hanya jadi pengusaha, Bulyan lalu terjun ke percaturan politik. Karier politiknya diawali dengan duduk sebagai anggota Dewan Pertimbangan Partai Persatuan Pembangunan 1997-2002 sebelum bergabung ke Partai Bintang Reformasi.

Dua tahun kemudian dia melangkah ke Senayan dari daerah pemilihan Riau. Bulyan dipercaya fraksinya masuk Komisi Perhubungan dan Badan Kerja Sama Antardepartemen. Ia sendiri masih menjabat Ketua Partai Bintang Reformasi.

“Saya ingin memperjuangkan kebenaran dalam segala aspek,” begitu janji Bulyan di awal kariernya sebagai politikus di Senayan. Namun, pada Senin sore lalu, suami Hajah Mayarni dan ayah lima anak ini tertangkap tangan oleh Komisi Pemberantasan Korupsi karena diduga menerima suap untuk proyek pembelian 20 unit kapal patroli Direktorat Jenderal Perhubungan Laut.

Berita penangkapan itu tampaknya tak begitu mempengaruhi suasana Pesantren Al-Royan. Kegiatan tetap berjalan seperti biasa ketika Tempo berkunjung ke pesantren ini kemarin. Namun, pengelola pesantren tak bersedia memberikan keterangan. “Mohon maaf, kami tak dapat memberikan penjelasan apa pun kepada wartawan,” ujar Tasrif, salah seorang pengelola.

Istri Bulyan Royan juga tak bersedia memberikan komentar. Ismail Royan, adik kandung Bulyan, pun enggan bicara. “Kami masih menunggu perkembangannya. Mohon dipahami kegalauan kami.”

MARIA HASUGIAN | JUPERNALIS SAMOSIR (Koran Tempo)